Rabu, 12 November 2008

28 Oktober, 100 tahun Kebangkitan Indonesia

Banyak pendapat dan pandangan berkaitan dengan momentum 100 tahun kebangkitan bangsa Indonesia. Ketika hal ini ditanyakan kepada H. Humaedi Hasan, beliau mengatakan bahwa tahun 2008 menjadi momen penting bagi kita untuk memprakarsai sebuah kebangkitan baru. Jika momen 1908 menyemaikan cita-cita kemerdekaan, 1928 mempertegas, 1945 mewujudkan cita-cita itu, maka tahun 2008 dengan mengikuti alur sejarah “continuity and change”, maka peran yang harus dimainkan harus melintasi sekaligus tiga zaman, masa lalu, masa kini dan masa depan, yakni perpaduan kesadaran historis, kesadaran realistik, dan kesadaran futuristik, membentuk segitiga utuh. Kesadaran historis semata akan melahirkan romantisme. Hanya ada kesadaran realistik akan melahirkan pragmatisme. Kesadaran futuristik, yang lahir adalah pemimpi. Beberapa kekuatan yang harus dibangun:

1. Kebangkitan Mental

Sikap mental yang selalu enggan melakukan perubahan, memelihara pola pikir yang negatif, selalu mengatakan tidak bisa, pasti gagal, kemalasan, ketidakdisiplinan, iri hati, atau bahkan kehilangan kepercayaan diri sebagai bangsa yang besar adalah sebagian besar karakter yang harus dihancurkan. Mendesak untuk membangun sebuah kebangkitan mental yang baru. Sebuah mental untuk memberikan yang terbaik kepada bangsa ini lewat peran dan karya masing-masing anak bangsa.

2. Kebangkitan Semangat dan Kebersamaan
Situasi apapun yang pernah melanda bangsa ini, tidak seharusnya mengecilkan semangat kita semua untuk tetap bangkit dan menjadi bangsa yang besar. Semangat untuk berjuang dan meraih yang terbaik di segala bidang hendaknya menjadi sebuah kultur yang dipedomani oleh segala lapisan masyarakat. Tak sedikit dari kita ketika masalah datang, musibah terjadi, himpitan ekonomi yang ada menciptakan sebuah krisis semangat dan kepercayaan diri menatap masa depan, atau bahkan ironisnya dijadikan momentum untuk saling menyalahkan pihak-pihak terkait. Kebiasaan-kebiasaan seperti ini seharusnya diubah. Sikap sportif dan kerjasama yang sinergislah yang dibutuhkan.

3. Kebangkitan Moral

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sebuah perbedaan, bangsa yang bisa menghormati satu sama lain, bangsa yang mengedepankan hak asasi manusia, bangsa yang memiliki integritas yang tinggi, bangsa yang menjunjung nilai-nilai yang positif. Bukan saatnya lagi saling menjatuhkan, melakukan tindak kekerasan terhadap kaum lemah, saling menuding, ketidakjujuran, melakukan praktek-praktek korupsi, melakukan pengrusakan, memicu konflik, menutupi kebohongan dari masyarakat. Seseorang tidak hanya dilihat dari sisi intelektual saja, tetapi juga dari sisi bagaimana ia berperilaku dan memiliki sikap yang positif di lingkungan. Begitupun dengan sebuah bangsa, tidak hanya dilihat dari seberapa besarnya sumber kekayaan alamnya, tapi juga dilihat pribadi-pribadi di dalam sebuah bangsa itu sendiri bagaimana ia berperilaku. Integritas dan karakter bangsa akan dibangun oleh individu-individu didalamnya, yakni individu-individu yang berpijak pada tiga komponen karakter yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling (perasaan tentang moral) dan moral action (perbuatan moral). Mari bersama kita bangkit dengan membangun sebuah bangsa yang beretika baik dan memiliki karakter kompetensi (competence), keinginan (will) dan kebiasaan (habit).

Jalan bangsa ini terbentang panjang, harapan di depan mata terbentang.
Ini bukan pekerjaan satu dua atau golongan, tapi tugas dan tanggung
jawab kita semua.

Tidak ada komentar:

Site Meter