Kamis, 18 Desember 2008

Persoalan Etika Dinilai Telah Makin Ditinggalka

Dari Guar Budaya dan Pentas Seni Pandeglang
Etika sudah semakin ditinggalkan dalam kehidupan keseharian. Nilai luhur telah terkalahkan nilai benar dan salah. Dasar pemikiran tersebut menjadi bahan diskusi dalam dialog budaya beberapa elemen masyarakat Pandeglang, Sabtu (1/3).
MENES
PERSOALAN etika tampaknya sudah menjadi masalah akut di negeri ini. Bahkan beberapa kalangan menilai, munculnya masalah multidimensi di negeri ini juga akibat terjadinya degradasi moral di berbagai kalangan. Dengan keprihatinan ini, LSM Banten Heritage mencoba membahasnya dalam sebuah dialog yang melibatkan beberapa kalangan, seperti birokrat, politisi, tokoh masyarakat, budayawan, aktivis LSM, dan mahasiswa.
Dialog yang dikemas dalam Guar Budaya dan Pentas Seni Pandeglang ini digelar di Alun-alun dan Pendopo eks Kewedanaan Menes, Sabtu (1/3). Dari politisi tampak hadir Saris Priada, Babay Sujawadi, Akhmad Baehaki (DPRD), Dede Biul, Yayat Hasrat, dan Ade Humaedi Hasan (tokoh politik). Dari birokrat tampak, Kurdi Matin dan Ali Fadilah (Pemprov Banten), serta AKP Abdul Majid (Kasat Intelkam Polres Pandeglang). Pengusaha tampak Hadi Mulyana dan akademisi hadir Ali Nurdin (dekan FISIP Unma). Sementara dari aktivis LSM dan mahasiswa tampak Tb Nuruzaman, Edi S, Habibi Arafat, Herdiyansyah, Suhada, dan lain-lain.
Dalam dialog dengan format tanpa pembicara utama karena ingin menghilangkan kesan menggurui itu, terungkap keinginan yang kuat untuk membangun etika kehidupan berbangsa. Peserta dialog melibatkan banyak kalangan karena etika kehidupan berbangsa itu meliputi, etika politik pemerintahan, hukum dan keadilan, sosial budaya, keilmuan, lingkungan, dan ekonomi bisnis.
“Kami menilai, persoalan etika sudah semakin ditinggalkan dalam kehidupan keseharian. Nilai budi luhur telah terkalahkan oleh nilai benar dan salah. Kami berharap, dari dialog ini ada formulasi dan komitmen dari semua peserta dialog akan pentingnya membangun kembali etika kehidupan berbangsa,” ujar Saris Priada, peserta dialog yang diamini Suhada, Ketua Pantia Dialog dari LSM Banten Heritage.
Selain menghasilkan komitmen bersama dalam membangun etika kehidupan berbangsa, dipentaskan pula seni tradisional dan modern, seperti debus, ubrug, dan band. “Sebetulanya yang ingin kami angkat, tradisi urut Cimande pada bulan Mulud yang ada hampir di tiap desa,” kata Furkon, pimpinan debus Al Madad. (*)

radarbanten.com, Senin, 03-Maret-2008, 07:13:11

Tidak ada komentar:

Site Meter