Rabu, 17 Desember 2008

Disiplin Ilmu (Panelis dalam acara MAPABA PMII Banten)

Minggu Malam, 14 Desember 2008, kurang lebih pukul 9.30 wib, setelah sejak pagi berkeliling bertemu dengan berbagai elemen masyarakat, H. Humaedi Hasan menjadi pembicara dalam acara MAPABA PMII yang diselenggarakan di Kadu Tomo, Jiput, Menes Pandeglang. Acara tersebut dihadiri oleh perwakilan-perwakilan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Banten.
Dalam sesi tanya jawab ada sebuah pertanyaan:"Mengapa sebagai khalifah fil Ardhi Nabi Adam dan Siti Hawa berada di surga dahulu?
Menjawab pertanyaan tersebut Humaedi Hasan memberikan penjelasan yang cukup baru dalam melakukan penafsiran sebuah kisah dalam al-Qur'an. Karena saat itu berbicara tentang disiplin ilmu pengetahuan, maka Humaedi Hasan menjawab pertanyaan tersebut dalam paradigma pengetahuan. Menurut Humaedi Hasan, proses penciptaan Adam sebagai khalifah di muka bumi adalah sebuah kisah ilmiah. Allah menciptakan wakil-Nya di muka bumi, dengan tujuan yang jelas, yakni mewakili-Nya membangun surga. Adam sang wakil, diberikan pengalaman langsung bagaimana memperlakukan bumi. Bumi yang kelak akan dipimpinnya harus punya target yang jelas, yakni menjadi surga, baldatun toyyibatun wa robbun ghafur.
Seandainya Adam dan Hawa dalam kapasitasnya sebagai khalifah fil ardhi tidak mengalami proses sebagaimana yang sudah digambarkan dalam Al-Qur'an; dimasukan ke surga dahulu, lalu diturunkan ke bumi, maka ilmu pengetahuan akan kesulitan melakukan verifikasi faktual/empirik. Manusia sebagai kahlifah fil ardhi adalah sebuah kesia-siakan dan hanya mitos.
Bagi Humaedi Hasan, tujuan ilmu pengetahuan sesungguhnya adalah bagaimana menjadikan manusia menjadi wakil Tuhan dalam rangka mewujudkan cita-cita Tuhan yang di muka bumi yang terangkum dalam sifat-sifat-Nya.
Dalam kerangka Ilmu pengetahuan yang meliputi aspek ontologis, epistemologis dan aksiologis. jawaban kontemplatif Humaedi Hasan memiliki relevansi yang kuat. Menantangnya, apakah kisah-kisah dan persoalan-persoalan lain bisa dijawab dalam paradigma seperti ini, mari kita buktikan! Al-Quran sesuai dengan ilmu penegtahuan bukan hanya jargon!





2 komentar:

Anonim mengatakan...

Pantang letih meuwujudkan banten yang sejahtera.

Salam dari Ciputat,
PMII Komfeis

Samira Dial Megistra Hasan mengatakan...

Butuh keberanian dan kearifan untuk selalu mengaktualkan pesan-pesan al-Qur'an, sesuai dengan yang difahami manusia.Bagaimanapun akal manusia merupakan partisipan aktif dalam menafsirkan ide-ide ketuhanan yang terkandung dalam wahyu.
Terus maju, pantang mundur, Banten menunggu orang-orang berani dan kreatif.

Site Meter