Selasa, 09 Desember 2008

Dialog Aktual di TVRI 8 Desember 2008


Selasa malam, 8 Desember 2008 pukul 23.00 wib, menyaksikan Dialog Aktual dengan tema "Semangat Berkurban Dalam Menghadapi Krisis" di TVRI. Dialog tersebut di antaranya menampilkan Humaedi Hasan sebagai tokoh masyarakat Banten.
Banyak hal inspiratif yang dilontarkan oleh Humaedi Hasan dalam dialog tersebut. Berbicara tentang ibadah kurban, Humaedi Hasan mengatakan bahwa ibadah kurban harus sudah inhern sebagai kebutuhan, dan bukan karena tuntutan apalagi karena ingin dilihat(demonstratif).
Ketika muncul pertanyaan apakah mungkin kurban yang selama ini hanya difahami sebagaimana tuntunan syari'at, yakni menyembelih hewan, menjadi jawaban bagi krisis multidimensi yang sedang melanda negeri kita, seperti masalah pendidikan dan kemiskinan?
Humaedi Hasan mengatakan bahwa ibadah kurban sangat
bisa menjadi jawaban bagi berbagai persoalan. Dalam kaitan ini Humaedi Hasan memandang perlu mendudukan dulu apa yang menjadi rukun (dasar) dan tidak dalam agama kita. Kita mempunyai rukun Islam 5; sahadat, shalat, zakat, puasa dan naik haji. Ibadah kurban tidak termasuk ke dalam rukun, karena itu sangat perlu selalu melakukan konstektualisasi sesuai dengan ruang dan waktu. Jika selama ini ibadah kurban baru dilakukan sebatas tuntutan ibadah/ketaatan, dan masih bernilai konsumtif; karena setelah pemotongan, biasanya daging korban langsung dibagi-bagi habis. Maka sekarang dibutuhkan upaya pemberdayaan yang bernilai produktif dan menjadi jawaban terhadap persoalan-persoalan yang sedang dihadapi. Humaedi Hasan melontarkan gagasan progresif, bahwa sangat mungkin dan sangat bisa hewan diganti dengan buku, atau dengan membangun sekolah-sekolah dll., sesuai dengan kebutuhan dan situasi mendesak yang sedang dihadapi.
Menurut Humaedi Hasan, Tuhan sudah memberi pelajaran: Pertama, ketika Nabi Ibrahim diminta mengurbankan/menyembelih anaknya, Tuhan mengajarkan bahwa sesuatu yang dikurbankan haruslah sesuatu yang berharga dan dicintai. Kedua, Ismail diganti dengan domba, mengajarkan bahwa kontekstualisasi sudah dilakukan sendiri oleh Tuhan. Bayangkan jika sampai terjadi penyembelihan Ismail, siapa yang akan memakan dagingnya?
Persoalan kemudian adalah bagaimana secara teknis melakukan reformulasi potensi kurban yang yang tidak hanya memiliki daya vertikal, tetapi sekaligus horisontal, bernilai sosial dan menjadi jawaban bagi persoalan-persoalan sosial.
Dalam kaitan ini Humaedi Hasan, melihat bahwa secara teknis harus dilakukan melalui sebuah manajemen. Dan lagi-lagi Tuhan sudah memberi contoh tata aturan yang jelas, di antaranya manajemen shalat berjamaah. Sejak aturan berbaris, sampai kalau terjadi kesalahan sudah diatur sedemikian rupa. Dalam konteks ini, semangat berjamaah shalat, termasuk tanggungjawab kebersamaan terhadap kontrol/pengawasan kekhilafan /
kesalahan sangat potensial diterapkan dalam berbagai lembaga pengelolaan, baik itu lembaga bisnis, lembaga sosial, ormas, lembaga birokrasi termasuk perguruan tinggi.
Lalu bagaimana dengan Banten? Dalam pandangan Humaedi Hasan, Banten harus bersyukur memiliki mitos sebagai masyarakat agamis, heroik, bergotong royong dan memiliki sopan-santun. Persoalannya, gempuran kapitalisme yang melanda dunia tanpa pandang bulu dan begitu cepat menjadikan masyarakat Banten Shock culture sehingga belum mampu memformulasi diri dan bersiap dalam menghadapinya. Inilah yang harus dipikirkan secara bersama-sama

Tidak ada komentar:

Site Meter